Jakarta Transparansi Indonesia.co.id-
Adventure Documentary Festival Academy (ADFA) adalah organisasi bergerak di bidang sejarah, seni, jelajah, dan budaya, yang diresmikan oleh Wakil Menteri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013 di Museum Bank Indonesia. ADFA memiliki perhatian kepada generasi muda untuk memperjuangkan nilai-nilai luhur jati diri bangsa Indonesia diantaranya dengan mengenal sejarah leluhur Sisingamangaraja XII dan peradaban tanah Batak.
Sarasehan dan diskusi kreatif, tentang Napak Tilas perjuangan dan kepahlawanan Raja Sisingamangaraja XII digelar di Museum Nasional Indonesia, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Jumat (28/2/2020).
Di tempat terpisah awak media mewawancarai salah satu produser Yang akan menggarap film Sisingamangaraja ini,dan beliau adalah seorang capt.di kapal nama nya Andi Pakpahan yang mengatakan bahwa di era globalisasi, karena begitu gigihnya pahlwan Sisingamangaraja yang melawan musuh pada waktu itu,pesan dari capt.kepada awak media terus karyakan tokoh-tokoh nasional yang seperti,cut nyadin,rengkuh Umar dll.
ADFA bersama-sama Keluarga Pomparan Si Raja Oloan dan keluarga Sisingamangaraja, melaksanakan acara Sarasehan Membangun Identitas Jati Diri Bangsa Melalui Sejarah dengan tema ”De Laatste Sisingamangaraja”. Acara didukung oleh Pelindungan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Museum Nasional Indonesia. Kegiatan dimaksudkan untuk mendukung persiapan riset dan collecting data Sisingamangaraja dari berbagai sumber, penerbitan buku, seminar, wisata sejarah, dan produksi film Sisingamangaraja XII.
Acara ini merupakan komitmen awal mempertahankan file-file sejarah Sisingamangaraja dan peradaban tanah Batak yang tersebar di pelosok negeri, dikarenakan Sisingamangaraja tidak hanya dimiliki oleh masyarakat Batak saja, melainkan bangsa Indonesia, dan banyak pengagumnya. Meskipun masih banyak pula masyarakat kita belum mengenali tokoh pahlawan pejuang di tanah air. Misalkan Sisingamangaraja hanya dikenali melalui nama jalan maupun uang seribu. Maka melalui sarasehan ini dimaksudkan pula untuk menghargai jasa-jasa perjuanganSisingamangaraja XII bersama panglima-panglimanya yang gugur mempertahankan tanah Batak.
Acara sarasehan terbagi menjadi dua sesi, sesi pertama mengangkat topik Jejak Perjuangan dan Kepahlawanan Raja Sisingamangaraja XII, keynote speaker Bridgen. TNI (Purn) Tarida Sinambela sebagai Ketua Umum Pomparan Si Raja Oloan, dan para pembicara terdiri dari Prof. Nicolaus Lumanauw, PhD. (Pembina ADFA), Raja Batu Parlindungan Sinambela (Cucu Sisingamangaraja XI), Iman Sutan Baringin Situmorang (peminat kebudayaan, putra dari Sitor Situmorang), Dra. Dedah Rufaedah Sri Handari, M.M (Pamong Budaya Madya Pelindungan Kebudayaan Kemendikbud), Agus Hariadi, S.H. M.Hum (Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kemenkumham).
Moderator Erick Brandie (Kompasiana) dan Nina Yusab (Pemerhati Kebudayaan).
Acara sarasehan terbagi menjadi dua sesi, sesi pertama mengangkat topik Jejak Perjuangan dan Kepahlawanan Raja Sisingamangaraja XII, keynote speaker Bridgen. TNI (Purn) Tarida Sinambela sebagai Ketua Umum Pomparan Si Raja Oloan, dan para pembicara terdiri dari Prof. Nicolaus Lumanauw, PhD. (Pembina ADFA), Raja Batu Parlindungan Sinambela (Cucu Sisingamangaraja XI), Iman Sutan Baringin Situmorang (peminat kebudayaan, putra dari Sitor Situmorang), Dra. Dedah Rufaedah Sri Handari, M.M (Pamong Budaya Madya Pelindungan Kebudayaan Kemendikbud), Agus Hariadi, S.H. M.Hum (Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kemenkumham).
Moderator Erick Brandie (Kompasiana) dan Nina Yusab (Pemerhati Kebudayaan).
Kekhawatiran bangsa pada era milenial ini adalah bagaimana generasi kita dapat melawan musuh-musuh seperti bahaya laten narkoba, sara, hoax, korupsi, maupun teknologi. Dahulu bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan dengan melawan penjajah Belanda. Kini momok terbesar bangsa kita adalah melawan pecandu dan pengedar narkoba. Seperti yang telah disampaikan oleh Agus Hariadi, S.H. M.Hum (kemenkumham) bahwa “Generasi tua, muda, ibu, bapak, anak-anak, yang ada di penjara 70% terkena kasus narkotika, hal ini dapat diperangi melalui semangat kepahlawanan Sisingamangaraja”.
Bridgen TNI (Purn) Tarida Sinambela mengatakan “Di jaman milenial ini keteladan Sisingamangaraja ada tiga disebut Pulas. Pertama, mengusir penjajah, kedua, melarang sombong, ketiga mengadakan negosiasi dengan raja-raja Batak. Nah pulas dalam jaman Milenial ini apa? Berantas Korupsi, Hindari Narkoba, pelihara jangan ada SARA. Dengan nilai semangat juang Sisingamangaraja mari kita terapkan”.
Menjadi seorang Pimpinan, Raja, maupun Sultan tidaklah mudah, mereka orang terpilih. Melalui semangat perjuangan dan keyakinan akan keterlibatan pihak-pihak pemerintah maupun institusi dan juga bersama pihak keluarga Sisingamangaraja, ada Balai Pustaka yang dapat menerbitkan buku Sisingamangaraja, Kemendikbud, dan Pariwisata, maupun Museum, maka cita-cita dalam membangun kekuatan bangsa ini akan terwujud.
Bridgen TNI (Purn) Tarida Sinambela mengatakan “Di jaman milenial ini keteladan Sisingamangaraja ada tiga disebut Pulas. Pertama, mengusir penjajah, kedua, melarang sombong, ketiga mengadakan negosiasi dengan raja-raja Batak. Nah pulas dalam jaman Milenial ini apa? Berantas Korupsi, Hindari Narkoba, pelihara jangan ada SARA. Dengan nilai semangat juang Sisingamangaraja mari kita terapkan”.
Menjadi seorang Pimpinan, Raja, maupun Sultan tidaklah mudah, mereka orang terpilih. Melalui semangat perjuangan dan keyakinan akan keterlibatan pihak-pihak pemerintah maupun institusi dan juga bersama pihak keluarga Sisingamangaraja, ada Balai Pustaka yang dapat menerbitkan buku Sisingamangaraja, Kemendikbud, dan Pariwisata, maupun Museum, maka cita-cita dalam membangun kekuatan bangsa ini akan terwujud.
Dalam bidang pariwisata pun Prof. Nicolaus Lumanauw, PhD., menyampaikan akan mendatangkan tour operator berjumlah 135 orang untuk membuat track perjalanan Sisingamangaraja.
Pada sesi kedua mengangkat topik Rencana Produksi Film “De Laatste Sisingamangaraja”, dengan moderator DR. Rahajeng Widya SE. MM. CPC (Ahli Strategic Communication), dengan menghadirkan para pembicara: Astryd Diana Savitri (Ketua ADFA), Captain Andi Pakpahan (penggiat film), Haposan Bakara (researcher), Wilda Situngkir (Putri Indonesia Pariwisata), Adrianto Sinaga (sutradara & production designer cinema), Edmond Waworuntu (production designer cinema), Budi Suyanto, S.Sn., MSi (Kepala Trisakti Multimedia). Dari paparan Adrianto Sinaga dan Wilda Situngkir, mereka memiliki pengalaman yang sama, bahwa masih ada masyarakat kita lebih membanggakan kebudayaan negara lain dibanding negeri sendiri atau bahkan negara lain lebih mengenal hanya Bali saja.
Maka dengan membuat film biopic mengenai sejarah kebudayaan Sisingamangaraja, diharapkan publik lebih peduli dan mengenali budaya Batak, bila perlu film yang dikemas nantinya berbahasa Batak. Membuat film Sisingamangaraja XII tentunya membutuhkan tayangan hiburan yang menarik tanpa mengesampingkan kejujuran dan nilai-nilai luhur jati diri yang ada pada tokoh tersebut.
Maka sebelum memulainya akan diperkuat riset dan survey terlebih dulu, mengumpulkan sumber data, membuat novel maupun ensiklopedinya terlebih dulu sebelum melangkah ke film dokumenter maupun layar lebar.Acara turut dihadiri oleh PT Balai Pustaka (Persero), Mitsubishi Pajero Club Indonesia, Kemenko Maritim, Kemenpar, Mahasiswa Trisakti School of Multimedia, Akademi Televisi Indonesia, SMAN 90, SMKN 57, perusahaan pelayaran, sekolah pelayaran, sekolah penerbangan, beserta alumni sekolah pelayaran dan sekolah penerbangan, serta komunitas sejarah budaya. Acara turut didukung oleh MAKSIM (Masyarakat Sejahtera Indonesia Maju), fashion designer Athan Siahaan yang menampilkan mode ulos terbaiknya di sesi hiburan peragaan busana.
Dengan adanya kegiatan sarasehan ini harapannya adalah dapat menjadi pembelajaran sejarah yang didukung oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Semakin banyak para kreator memproduksi film biopic sejarah, maka
dapat membantu mensosialisasikannya lebih luas kepada publik, namun tetap saja harus bersumber pada fakta yang akurat bersumber pada data terpercaya. Kelanjutan acara sarasehan “De Laatste Sisingamangaraja” ini rencananya akan diadakan seminar dan bedah buku pada bulan April mendatang
Penobatan Sisingamangaraja XII sebagai maha di negeri Toba bersamaan dengan dimulainya open door policy (politik pintu terbuka) Belanda dalam mengamankan modal asing yang beroperasi di Hindia Belanda, dan yang tidak mau menandatangani Korte Verklaring (perjanjian pendek) di Sumatra terutama Kesultanan Aceh dan Toba, di mana kerajaan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainya. Di sisi lain Belanda sendiri berusaha untuk menanamkan monopolinya atas kerajaan tersebut. Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan Perang Tapanuli yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.
Tampil sebagai pembicara (Keynote Speakers)Tarida H.Sinambela, pada topik “Jejak Perjuangan dan Kepahlawanan Raja Sisingamangara XII”, dengan panelis Haposan Bakara, Irman SB Situmorang, keluarga Siraja Oloan dan keturunan Raja Sisingamangaraja XII.
Terkait rencana Produksi Film “De Leatste Sisingamangaraja” akan dikupas Prof Nicolaus Lumanawu PhD, dengan panelis Adrianto Sinaga, Edmond Woworuntu, Capt. Andi M. Pakpahan dan Wilda Situngkir.
Sisingamangaraja mengenalkan hukum, aturan-aturan, dan menetapkannya. Jadi orang batak itu sifaatnya satria sebelum berperang harus dinyatakan terlebih dahulu dalam bentuk Pulas. Raja Sisimangaraja itu Raja Imam, berpengetahuan luas, Raja adat. Raja Sisingamaraja mempunyai strategi diplomasi yang handal dapat menyatukan aceh yang berbeda suku dan keyakinannya untuk melawan Belanda, demikian juga dengan kerajaan Dairi, Simalungun wilayah disekitarnya untuk satu tujuan” Papar Profesor Nicolaus Lumanauw.
Sarasehan tersebut dimaksudkan untuk membangun identitas jati diri bangsa melalui sejarah. Selain pemutaran film, juga ada Fashion show, hiburan dan tour museum
HM