Jakarta, TI – Para petani cengkih sepertinya tidak merasakan panen raya kali ini dengan harga yang memuaskan dan memihak ke petani.
Pasalnya, harga komoditi cengkih terus turun atau merosot dimana ditingkatan pengepul atau pengumpul, harga per kilogram cengkih kering berada di kisaran Rp. 70-an ribu.
Keluhan para petani cengkih dengan terus merosotnya harga cengkih kering mendapatkan perhatian dari lembaga swadaya masyarakat aliansi masyarakat transparansi indonesia (LSM-AMTI).
Melalui Ketua Umum DPP LSM-AMTI, Tommy Turangan SH mengatakan bahwa keluhan para petani cengkih saat ini juga harus diperhatikan oleh pemerintah.
Menurut Turangan, harga cengkih saat ini tidak memihak kepada para petani cengkih oleh karena harga yang terus turun dan tidak ada yang bisa menstabilkan harga.
Ia pun mengatakan bahwa pemerintah seharusnya turun tangan untuk menstabilkan harga cengkih sehingga bisa berpihak pada petani.
“Harga komoditi cengkih terus turun, pemerintah seharusnya punya dana taktis untuk menampung cengkih dari petani, sehingga harga tidak bisa dipermainkan oleh para mafia dan pihak swasta atau para spekulan untuk mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar,” kata Tommy Turangan.
Jadi, ia pun mengharapkan tindak lanjut dari pemerintah pusat untuk menstabilkan harga karena hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah terhadap petani cengkih.
Ditambahkan Turangan pula bahwa biaya produksi dan biaya perawatan cengkih tentu sangat besar dan bila harga cengkih terus turun, maka dipastikan para petani tidak mendapatkan keuntungan atau bahkan merugi.
Biaya produksi, yakni sewa pemetik dan biaya operasional lainnya tentunya sangat besar, dan panjang juga ditambah dengan biaya perawatan, maka sangat wajar petani cengkih menjerit dengan harga yang ada saat ini. (T2)*