Sulsel, TRANSPARANSIINDONESIA.CO.ID – Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan (Sulsel) memburu ibu-ibu pelaku kampanye hitam terhadap Calon Presiden (Capres) Joko Widodo (Jokowi) yang videonya viral di media sosial. Dalam video itu, pelaku menyebutkan jika calon petahana itu terpilih, maka pendidikan agama di sekolah akan dihapuskan dan status pesantren akan menjadi sekolah biasa.
Kabag Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani mengatakan, pihaknya sedang menelusuri lokasi dan keberadaan pelaku yang melakukan fitnah terhadap Jokowi dalam video viral itu.
“Kami sedang melakukan penyelidikan mendalam terhadap pelaku,” ujar Dicky, Rabu (6/3/2019).
Dicky mengatakan, dari penyelidikan sementara, video itu terindikasi dibuat di sekitar wilayah Maros, Sulsel. Pelaku juga berbicara dengan logat Maros. Selain itu, video itu pertama kali beredar di wilayah Sulsel. Polisi juga sudah mendapatkan foto pelaku yang terlihat jelas dalam video.
“Kami akan cek foto ini di Inafis dan di e-KTP untuk mencari tahu identitas ibu dalam video itu. Masyarakat yang mengetahui identitas ibu dalam video ini juga diharapkan melapor ke kepolisian,” ujar Dicky Sondani.
Dicky mengatakan, pelaku bisa dikenakan dengan Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Ekonomi (ITE) Nomor 11 Tahun 2008 dengan ancaman hukuman lima tahun penjara.
“Perbuatannya sangat melanggar hukum karena mengajak orang untuk tidak memilih kembali Presiden Jokowi karena akan menghapus pelajaran agama dan menghapus pesantren. Ini adalah perbuatan fitnah,” kata Dicky.
Dicky berharap identitas ibu-ibu yang melakukan kampanye hitam terhadap Jokowi segera terungkap. Karena itu, Polda Sulsel juga akan berkoordinasi dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
“Kalau pelakunya sudah diketahui, kita akan tahu motivasi pelaku ini, orang yang membuat video ini juga karena ini pasti perbuatan yang sudah direncanakan,” ujarnya.
Video berdurasi sekitar 45 detik yang viral di media sosial ini masih menjadi perbincangan hangat netizen, khususnya di wilayah Sulsel. Pasalnya, ibu-ibu dalam video tersebut berbicara dengan menggunakan logat khas Bugis, Makassar. Bahkan, hingga Selasa kemarin, video ini sudah dibagikan hingga 1.000 kali.
Warga mengaku prihatin dengan bentuk-bentuk kampanye hitam yang terjadi menjelang Pemilu 2019. Warga berharap pelakunya segera diamankan dan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
“Saya tidak tahu pasti, tapi sepertinya ini logat Bugis Makassar dan kemungkinan di Maros,” kata warga Kabupaten Maros, Abrar Rahman.
(red)*